Senin, 28 Oktober 2013

Cara Cek Kelistrikan Fullwave

Cara Cek Kelistrikan Fullwave - Sistem kelistrikan pada sepeda motor terdiri dari 3 komponen penting:
  1. Alternator (terdiri dari stator/spul + rotor magnet), fungsinya untuk menghasilkan listrik (AC) hasil konversi energi gerak.
  2. Regulator (kiprok), fungsinya untuk mengkonversi listrik AC menjadi DC (rectifying) dan membatasi voltase output (regulating). Listrik DC ini nantinya didistribusikan ke aki (charging) dan pernak-pernik elektrik lainnya yang membutuhkan listrik DC.
  3. Batere (aki), fungsinya sebagai sumber listrik DC dan menyimpan energi listrik.
Ketiga komponen tersebut HARUS dalam kondisi baik agar menghasilkan listrik yang optimal. Kalo salah satunya KO, sedikit/banyak bakal mempengaruhi kelistrikan secara keseluruhan. Selain ketiga komponen tersebut, bagian penting lain yang juga harus selalu terjaga kondisinya adalah KABEL listrik sebagai “jalan raya” bagi arus listrik.
skema kelistrikan
Skema kelistrikan dasar
Ada kalanya hasil modifikasi sistem kelistrikan fullwave nggak semulus yang diharapkan. Output nggak optimal, tekor, dll. Apa yang salah? Apa ada yang rusak/error? Yuk, kita cek pelan-pelan. Tapi tolong siapkan dulu multimeter digitalnya, bagus lagi kalo ada tang ampere sekalian.

A. Cek Stator (Spul)
  • Cabut soket kabel stator.
  • Cek “continuity” kawat kumparan stator:
  • Set multimeter pada range “continuity” (biasanya berupa simbol buzzer atau dioda)
  • Posisikan probe (tester) merah pada salah satu jalur spul pengisian (titik A pada skema di atas) dan probe hitam pada jalur spul pengisian yang satu lagi (titik B pada skema di atas).
  • Jika multimeter berbunyi, jalur kumparan dalam kondisi baik (nggak ada yang putus). Jika nggak berbunyi, berarti kabel atau kawat kumparan ada yang putus.
  • Cek “continuity” kumparan stator terhadap ground:
  • Set multimeter pada range “continuity” (biasanya berupa simbol buzzer atau dioda)
  • Posisikan probe (tester) merah pada salah satu jalur spul pengisian (titik A pada skema di atas) dan probe hitam pada ground/massa/rangka.
  • Jika multimeter berbunyi, berarti kumparan masih terhubung dengan ground.
  • Lakukan hal yang sama pada jalur spul yang lainnya (titik B pada skema di atas).
  • Untuk stator multi-phase (3-phase atau lebih), caranya sama untuk tiap-tiap jalur spul pengisian.
  • Ukur hambatan kawat kumparan stator:
  • Set multimeter pada range “200 ohm”
  • Posisikan probe (tester) merah pada salah satu jalur spul pengisian (titik A pada skema di atas) & probe hitam pada jalur spul pengisian yang satu lagi (titik B pada skema di atas). Nilai hambatan yang terbaca di multimeter harus < 1 ohm. Jika > 1 ohm, kawat kumparan sudah dalam kondisi jenuh dan harus diganti (gulung ulang). Jika angka di multimeter nggak bergeming, berarti ada jalur yang putus (kabel ataupun kawat kumparan stator).
  • Ukur output stator:
    • Pastikan aki dalam kondisi full-charge (untuk motor dengan CDI DC).
    • Nyalakan mesin motor pada RPM idle dan beban listrik minimum (lampu utama & lampu senja OFF).
    • Set multimeter ke range “200V AC”.
    • Posisikan probe (tester) merah & hitam pada masing-masing output spul (titik A dan B pada skema di atas).
    • Minimal output stator nggak kurang dari 10V AC. Jika kurang dari itu, kemungkinan stator short atau nge-ground. Jika short, gulung ulang atau ganti baru! Jika nge-ground, cek lagi dari langkah awal
B. Cek Regulator
  • Pasang kembali soket kabel stator.
  • Ukur output stator:
    • Ukur output stator seperti pada langkah A5 dan bandingkan dengan hasil ukur pada langkah A5.
    • Jika selisih/turun banyak, kemungkinan regulator short (shunting). Ganti regulator!
  • Ukur output regulator:
    • Set multimeter pada range “20V DC”.
    • Posisikan probe (tester) merah pada terminal positif aki & probe hitam pada terminal negatif/ground aki.
    • Nyalakan mesin pada RPM idle dengan lampu utama & lampu senja OFF.
    • Nilai voltase yang terbaca musti naik secara bertahap … misal 11.9V, 12.0V, 12.3V, dst.
    • Naikkan RPM ke kisaran 3000. Nilai voltase yang terbaca bisa naik hingga 14~15V DC, atau paling nggak lebih tinggi dibanding voltase pada RPM idle.
    • Jika voltase cenderung menurun seiring kenaikan RPM, kemungkinan regulator short. Ganti regulator!
    • Jika voltase naik > 16V atau lebih, kemungkinan sirkuit limiter voltase pada regulator rusak. Ganti regulator!
C. Cek Batere (Aki)
  • Pastikan kunci kontak pada posisi OFF.
  • Lepas semua kabel yang terpasang di terminal negatif dan positif aki. Pastikan dimulai dari terminal negatif dahulu!
  • Ukur voltase aki:
    • Set multimeter pada range “20V DC”
    • Posisikan probe (tester) merah pada terminal positif aki & probe hitam pada terminal negatif/ground aki.
    • Pada kondisi full-charged, voltase aki pada kisaran 12.7~12.8V.
    • Pada kondisi low, voltase aki pada kisaran 12.3V.
    • Jika voltase aki turun dengan cepat, kemungkinan aki soak/rusak. Ganti aki!
  • Ukur tingkat kebocoran arus listrik:
    • Pasang kembali kabel-kabel yang terhubung di terminal positif aki.
    • Set multimeter pada range “20mA”.
    • Posisikan probe (tester) merah pada terminal negatif aki & probe hitam pada kabel ground aki.
    • Nilai arus yang terbaca nggak boleh > 0.5mA. Jika lebih, kemungkinan ada jalur/kabel yang short.
  • Self-Discharge:
    • Aki otomatis mengalami pengosongan secara berkala (self discharge) meski dalam kondisi gak terpasang. Secara umum, 1% kapasitasnya berkurang setiap hari, dan bergantung suhunya. Pada suhu panas bakal lebih cepat dan pada suhu dingin bakal lebih lambat.
D. Cek Fuse (Sikring)
  • Cek masing-masing fuse dan pastikan dalam kondisi baik (nggak putus atau meleleh).
  • Cek terminal fuse dan pastikan fuse terpasang dengan ketat.

Sabtu, 26 Oktober 2013

Skema Umum Modifikasi Fullwave di Sepeda Motor

Skema Umum Modifikasi Fullwave di Sepeda Motor - Banyak sekali kendaraan roda dua, baik merek dan varian apapun, mengubah kelistrikannya menjadi fullwave alias gelombang penuh. Berikut cara umum modifikasi kelistrikan menjadi fullwave.

1. Syarat pertama modifikasi sistem kelistrikan fullwave:
Kawat kumparan stator (spul) pada alternator TIDAK BOLEH ada yang terhubung ke ground/massa. Jadi, semua ujung kawat kumparan (output) harus terpasang langsung ke Regulator sebagai “AC_INPUT”. Pada kebanyakan motor bebek/matik dengan sistem kelistrikan halfwave, salah satu output stator terhubung ke ground, baik secara langsung atau melalui kabel ground.


stator half-phase
simbol stator half-phase

Pada gambar di atas tampak bahwa salah satu output / ujung kawat kumparan stator masih terhubung ke ground/massa.

Diagnosa simpel nya:
Cabut soket kabel stator => set multimeter digital ke “continuity mode” => colok probe (pen tester) merah pada output “charging” dan probe hitam pada ground/rangka. Jika multimeter berbunyi, artinya kumparan stator masih terhubung dengan ground.

Sesuai syarat, ujung kawat yang terhubung ke ground harus dicabut/diangkat dari ground. Contohnya pada stator Honda Beat di bawah ini:
kawat spul dicabut dari ground
Ujung kawat yang telah dicabut tadi, kemudian disambung dengan kabel baru sebagai AC_INPUT menuju regulator (kiprok) fullwave. Sesuai panjang kabel agar bisa terpasang pada regulator.

Dan jika ada, output lampu juga dicabut (boleh dari tab stator, boleh dari soket stator), karena nggak dipakai. Dengan begitu seluruh kumparan bakal digunakan sebagai AC_INPUT menuju regulator fullwave.

Modifikasi stator half-phase
Jangan lupa, sambungan antara kawat kumparan dan kabel harus terisolasi dengan baik. Gunakan heat shrink tube atau selang bakar.

Secara skematik, modifikasi stator digambarkan seperti ini:
Modifikasi stator half-phase menjadi single-phase
Jika sudah, cek lagi dengan multimeter digital, set ke mode “continuity” => colok probe merah ke salah satu output stator dan probe hitam ke bodi stator => Multimeter harus tidak berbunyi menandakan kawat kumparan tidak lagi terhubung dengan ground.

2. Syarat kedua modifikasi sistem kelistrikan fullwave:
Menggunakan regulator yang emang didesain untuk mengkonversikan listrik AC ke DC secara fullwave. Regulator fullwave minim punya dua AC_INPUT (jika 1-phase) atau tiga AC_INPUT (jika 3-phase). Contoh di bawah adalah Regulator 1-phase milik Honda Tiger:
Regulator fullwave milik Honda Tiger
Regulator (kiprok) apapun bisa digunakan, selama diperuntukkan ke sistem kelistrikan fullwave. Jangan lupa, lengkapi dengan soket regulator yang sesuai.
Soket 6-kaki untuk kiprok Honda Tiger
Kencangkan jepitan skun (terminal) kabel dengan tang khusus (crimping kabel). Kalo perlu lapisi lagi dengan solder dan tutup dengan selang bakar. Ini untuk mencegah terjadinya “bad contact” yang bisa menimbulkan percikan listrik (fong) dan mengakibatkan soket / kabel terbakar.

Pada saat memasang regulator baru tersebut, usahakan bodi regulator menempel erat pada rangka motor agar panas yg dihasilkan regulator bisa tersebar baik.

Karena penggantian regulator, tentu harus ada sedikit rombakan pada jalur-jalur kabelnya. Contohnya bisa dilihat pada skema di bawah ini:
Instalasi stator, regulator dan jalur kabel
Seperti pada skema, pin#2 regulator harus terhubung ke jalur output kontak. Fungsinya untuk memonitor voltase drop dijalur tersebut dan mengatur besaran output stator. Tanpa itu, voltase output bisa berlebih dan aki beresiko overcharge.

————

Jadi, pada dasarnya, modifikasi sistem kelistrikan fullwave adalah sama untuk berbagai tipe sepeda motor. Bedanya paling banter cuma terletak pada desain stator dan warna kabel doang. Nah, yang punya niat tuk modifikasi sistem kelistrikan motornya, baca dan simak artikel ini baik-baik. Cetak ke kertas kalau perlu.

————

Apakah setelah modip harus ganti aki berkapasitas gede?
Tergantung kebutuhan. Fungsi aki nggak beda ama baterai cas (chargeable battery). Bisa menyimpan dan menyuplai listrik dalam durasi yang relatif lama. Yang jelas keberadaan aki adalah WAJIB meski kerjanya bisa dibilang nggak 100% kontinyu.

Pada saat putaran mesin rendah atau bahkan tidak menyala, voltase_output_regulator < voltase_output_aki. Pada kondisi ini aki menjadi suplier listrik ke beban-beban listrik seperti lampu, klakson, starter elektrik, dll. Namun ketika putaran mesin meningkat, hingga voltase_output_regulator > voltase_output_aki, maka aki “berhenti” menyuplai listrik, karena potensial listriknya lebih rendah daripada potensial listrik dari regulator — sama kayak air, listrik mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah — sehingga pada kondisi ini listrik disuplai oleh alternator (setelah dikonversi ke DC & dilimit oleh regulator), sementara aki berfungsi sebagai buffer, beban (charged), dan referensi voltase bagi regulator.

Jadi, tergantung apakah motormu lebih sering dipakai nangkring atau jalan (dengan berbagai pernak-pernik listrik menyala).

Apakah setelah modip bisa pasang macam-macam aksesoris listrik?
Modifikasi sistem kelistrikan fullwave bukanlah cheat “godmode”, semua ada batasnya. Bukan berarti setelah itu motormu bisa suplai listrik tanpa batas. Jadi, pinter-pinterlah memilih & memasang pernak-pernik elektrik di motor. Sesuaikan fungsinya dan efisiensinya. Kalo ada yang lebih irit, kenapa pilih yang boros? Kalo lampu rem dengan LED bisa keliatan dari jarak 50-100m, ngapain musti pake bohlam yang boros energi? Kalo dengan headlamp 35W~55W bisa ngeliat jalanan dengan jelas ngapain pake lampu 100W? Kalo HID 35W intensitas cahayanya setara bohlam halogen 55W, ngapain pilih halogen 55W?

Apakah dengan aki standar berpotensi overcharge?
Yang ngatur charging itu REGULATOR Meski pake aki 30Ah sekalipun, kalo fungsi “monitoring” pada regulatornya error, potensi overcharge pasti ada. Jadi, selama komponen-komponen kelistrikan berfungsi normal (alternator, jalur kabel, regulator, aki, dkk) dan instalasinya benar, nggak ada masalah kalo masih pengen memakai aki standar.

Apakah modifikasi fullwave berefek menurunkan performa mesin?
Setahunya nggak ada. Hasil pantauan RPM monitor nggak ada perubahan / penurunan RPM (putaran mesin) yang berarti nggak ada penurunan kinerja mesin. Sekian user (yang melakukan modifikasi fullwave) malah berkomentar tarikan mesin jadi lebih enteng. Tapi kalau ingin lebih terbukti, silakan lakukan dyno-test untuk mengetahui ada nggaknya dampak negatif terhadap performa mesin.

Jumat, 25 Oktober 2013

Berat Balancer/Flywheel Jupiter MX

Berat Balancer/Flywheel Jupiter MX - Bobot balancer atau flywheel kopling manual Jupiter MX adalah 2.080 gram atau 2.08 kg. Bobot balancer ini termasuk sangat berat, namun keuntungannya adalah torsi yang melimpah bagi mesin.
bagian balancer MX (kiri),
rumah kopling sentrifugal Jupiter (kanan)

Balancer Jupiter MX ini juga dapat digunakan untuk Yamaha Jupiter yang menginginkan kopling manual full clutch. Tentunya perlu hitung-hitungan tersendiri untuk memakai balancer Jupiter MX di Jupiter, Jupiter Z, Vega, dan Crypton.

Balancer kopling manual ini terdiri dari tiga bagian besar, yaitu:
  1. Flywheel besar dengan bobot 0.855 gram
  2. Flywheel kecil dengan bobot 0.955 gram
  3. Flywheel tipis dengan bobot 0.255 gram
Cara mendapatkan flywheel tersebut dengan melepas kelingan flywheel menggunakan bor yang kuat. Setelah kelima kelingan lepas, maka akan terlihat isi balancer/flywheel kopling manual Jupiter MX.

Gabungkan rumah kopling sentrifugalnya dengan bagian balancer terberat itu dengan cara dibubut dan dilas listrik. Bobot dapat diukur sesuai dengan yang diinginkan mulai dari 1 kg hingga 1.7 kg.

Kamis, 24 Oktober 2013

Cara Memasang Keihin PE28 di Satria FU

Cara Memasang Keihin PE28 di Satria FU - Banyak pengguna Satria F150 kurang puas dengan performa karburator vakum bawaan pabrik (Mikuni BS26), salah satu keluhannya tarikan kurang responsif. Solusinya ganti karburator dengan tipe non-vakum, seperti karbu RX-King, NSR-SP, atau Ninja.
karburator pe28
Kebanyakan dari pemakai karbu Keihin PE28, mengeluhkan soal settingan, dan juga box filter udara standar yang tidak dapat lagi dipergunakan. Nah bagi pemakai karburator tipe ini, jangan keburu takut dengan kendala-kendala tersebut, Sebetulnya semua keluhan-keluhan itu bukan keluhan yang tidak dapat diatasi. Berikut ini cara memasang Keihin PE28 di Satria FU.

Instalasi
Memang betul kata kebanyakan orang, memasang karburator ke arah manifold mesin mudah, lain halnya dengan memasang bagian selang karet ke box filter udara, setengah mati pasangnya. Berikut caranya memasang karet filter ke karburator PE28:
  1. Cabut selang karet filter udara dari dudukannya di box, selang ini dilem, tarik saja pelan-pelan, jangan sampai sobek karetnya.
  2. Siapkan klem baru, karena diameter intake karburator Keihin ini agak berbeda jauh dengan karbu standard, model seperti klem pipa gas dengan diameter 2.5" bisa digunakan.
  3. Lumuri karet filter dan intake karburator dengan oli.
  4. Tempatkan karburator dengan intake menghadap ke atas.
  5. Masukkan klem ke slang karet.
  6. Pasang selang karet ke intake, kencangkan klem begitu selang telah terpasang seluruhnya.
  7. Install karburator ke manifold.
  8. Lem kembali slang intake ke box filter udara.
  9. Kencangkan semua klem.
Tips:
  • Untuk memasang selang vakum ke kran bensin, gunakan selang pernapasan  yang diberikan bersama karburator nya, untuk memperkecil diameternya, ke dalam selang dimasukkan selang oli samping yang diameternya lebih kecil, selang kecil ini dilem dengan superglue, lalu potong kelebihan selang.
  • Kabel gas, kabel gas harus diganti karena bentuk nepel yang berbeda dengan orisinil Satria. Kabel gas bisa coba menggunakan milik Shogun.
  • Untuk slang intake, lebih enak potong slang orisinil, sambung dengan slang intake punya Suzuki RGR agar mudah untuk bongkar pasang.

Jet
Main jet bawaan karburator (#152) jelas terlalu besar untuk Satria FU, Coba ukuran 115/118/120. Saran menggunakan 118 saja agar power keluar namun tetap mempertahankan konsumsi bahan bakar.
Pilot jet bawaan (#42) sebetulnya bisa digunakan, hanya menyetel angin-angin nya agak jauh. Agar settingnya tidak jauh coba gunakan ukuran 38.

Setting
Kombinasi PJ/MJ nya adalah 38/118 dengan setting angin-angin sekitar 2.75 putaran. Langsam stabil dan power putaran atas masih terlayani. Jika kurang puas coba besarkan MJ nya saja.

Rabu, 23 Oktober 2013

Cara Meningkatkan Lift Noken As Byson

noken modif Mio J (kiri) dan Byson (kanan)
Cara Meningkatkan Lift Noken As Byson - Performa Byson memang masih bisa ditingkatkan. Hal ini pun dilakukan para pemilik motor bersosok macho ini. Bore-up menjadi salah satu alternatif meningkatkan power Byson. Namun mengganti piston ukuran jumbo masih menuntut penyesuaian pada sistem buka tutup klepnya. Kem pun harus ikut disesuaikan dengan membengkaknya kapasitas mesin.

Masalah yang sering timbul jika kita mengubah poros bubungan standar Byson adalah setelan klep terlalu dalam, karena standarnya saja setelan klepnya sudah hampir habis. Selain itu kalo kem standar kita pangkas, maka profil kem akan semakin kecil, dan tentu saja akan menghasilkan debit bahan bakar yang kurang maksimal. 

Solusi untuk masalah ini masih ada solusi cerdas. Bisa pakai kem Mio J, Soul GT atau Mio GT, cuma perlu sedikit penyesuaian. Apa saja yang perlu disesuaikan?

Pertama bisa memangkas ujung belakang kem sebanyak 1,5 mm. Kalau diameternya sudah sama persis, sesuaikan dudukan gear timing. Secara fisik sudah terlihat kan kem Mio J hanya berdiameter 19,7 mm, sedang Byson 29.3 mm. Perlu dibuatkan bosh di tukang bubut, dipres langsung ke kem Mio J. Oh ya, panjang bosh itu 22,1 mm aja. 
panjang dudukan gear timing
Perlu diperhatikan juga, untuk diameter boshing dudukan bearing camshaft di belakang gigi timing diameternya 28,8 mm, agar bearing terpasang dengan seret. Bushing beres, tinggal pembuatan lubang untuk pin pengunci gigi timing-nya. Bisa disesuaikaan dengan standartnya. Jika sudah, monggo dipapas pantat kem sesuai lift yang diinginkan. 
noken as atau camshaft
Jika diperlukan bisa juga tetap memasang perangkat dekompresi aslinya. Tinggal lubangi saja untuk dudukan dekompresi, kalo kem standar kita papas, jangan harap bisa pasang alat ini.

Senin, 21 Oktober 2013

Piston Kaze di Jupiter Z

piston kaze
Piston Kaze di Jupiter Z - Aplikasi piston Kawasaki Kaze di motor Jupiter Z mampu mendongkrak kapasitas mesin menjadi 120 cc. Secara fisik, pen piston sama berukuran 13 mm dan panjangnya pun juga sama. Tinggi piston keseluruhan lebih panjang milik Kaze di bagian pantat piston nya. Agar tidak membentur bandul kruk as, sebaiknya pantat piston dikurangi agar tidak terbentur.
diagram perbedaan nya
Berikut ini merupakan langkah desain piston Kaze untuk Jupiter Z.

  1. Mengurangi pantat piston Kaze
    Mengurangi pantat piston bertujuan agar piston tidak membentur kruk as.
  2. Memapas blok 0.5 mm
    Papas blok 0.5 mm ini bertujuan untuk mengejar rasio kompresi kembali seperti awal. Rasio kompresi sekitar standar (9.3 : 1) dengan syarat jika kop tidak ikut dikepras. Akibat memapas blok, ketegangan keteng harus dicek kembali agar tidak kendur.
  3. Memperdalam coakan klep
    Coakan klep harus dibentuk menyerupai klep yang digunakan. Hal ini bertujuan agar klep tidak menabrak piston.

Sabtu, 19 Oktober 2013

Bore Up Jupiter/Vega Lama 115cc Menggunakan Piston Jupiter Z

Bore Up Jupiter/Vega Lama 115cc Menggunakan Piston Jupiter Z - Mengejar kapasitas mesin 115cc di Yamaha Jupiter/Vega dapat menggunakan piston standar Jupiter Z oversize 100. Biasanya langkah bore up ini tergolong mudah dan murah. Diameter piston Jupiter Z os 100 adalah 52 mm, sedangkan diameter piston Jupiter/Vega lama standar adalah 49 mm. Secara fisik, pen piston dan pantat piston adalah sama. Yang berbeda adalah ketinggian permukaan atap piston. Menariknya, pistonnya dapat dibubut untuk dibikin jenong agar menjadi piston racing. Untuk harian dapat mendongkrak tenaga motor secara drastis dan motor tetap standar.
hasil piston nya
Cara pemakaian piston Jupiter Z di Jupiter/Vega lama untuk harian adalah sebagai berikut:
  1. Membubut bagian kompresi piston dan dibentuk dome
    Bagian pinggir piston dibubut sejauh 7 mm sedalam 1.75 - 2 mm (1 - 1.5 mm untuk racing). Hal ini dimaksudkan agar deck clereance piston terjaga 1 mm dan blok tidak perlu menggunakan paking aluminium.
    piston standar dibubut jenong
  2. Membuat sudut dome piston
    Sudut jenong piston dibuat bebas. Agar dapat menggunakan premium dan bertenaga, sebaiknya sudut diatur 45° saja. Rasio kompresi sekitar 9.5 : 1, namun rasio ini harus tetap diukur lagi karena tidak pasti di lain piston.
    sudut jenong 45°

Jumat, 18 Oktober 2013

Bore Up dan Oversize Yamaha V80

Bore Up dan Oversize Yamaha V80 - Piston standar pabrikan rata - rata hanya menyediakan sampai oversize 100 saja alias lebih besar 1 mm dari standar. Ketika motor sudah oversize 100, biasanya harus kembali ke standar dengan ganti liner atau sekalian bore up dengan piston yang lebih besar. Berikut ini saya hanya sharing tentang oversize motor Yamaha V80 yang tergolong jadul dan sulit menemukan sparepart nya.
piston kit NPP
Pada Yamaha V80, pabrikan Yamaha hanya menyediakan piston ukuran std, 25, 50, 75, dan 100 saja. Nah, piston motor V80 ku sekarang sudah baret karena kekurangan pelumas oli samping. Setelah saya pikir - pikir, sekalian saja bore up kecil - kecilan nih motor agar menekan biaya.

Berputar sekota Jember, akhirnya saya menemukan toko yang menjual piston V80 oversize 150 dan 200 merek NPP. Piston nya sudah dalam paket atau 1 kit (piston, ring piston, clip, dan pen). Wah mantap juga pikirku. Harga nya pun sungguh menggiurkan, hanya Rp. 90.000,- 1 kit nya.

Yang harus dilakukan adalah kolter blok standar di tukang bubut. Untuk sisa ketebalan liner masih dalam batas aman untuk harian. Lakukan jetting spuyer lagi agar tidak kering. Kapasitas mesin sekarang 84.2 cc (piston oversize 150) dan 86 cc (piston oversize 200).

Yang perlu diketahui adalah ketinggian lubang bilas dan lubang buang semakin berubah ketika diameter diperbesar. Saran agar merubah lagi ketinggian lubang agar power mesin tidak tertahan.

Kamis, 17 Oktober 2013

Piston Tiger di Yamaha Jupiter Z

contoh piston Jupiter (kiri) dan Tiger (kanan)
Mengejar kapasitas mesin Yamaha Jupiter Z acap kali dilakukan agar performa motor semakin ganas. Biasanya langkah bore up menggunakan piston Tiger. Diameter piston Tiger adalah 63.5 mm, sedangkan diameter piston Jupiter Z standar adalah 51 mm. Secara fisik, tinggi piston pun juga berbeda. Panjang piston keseluruhan adalah 39 mm (Jupiter Z) dan 49.5 mm (Tiger). Piston Tiger lebih tinggi 6.5 mm jika diukur dari pen piston. Bagian pantat piston pun harus dibuang sebagian agar tidak bertabrakan dengan kruk as.

diagram perbedaan nya
Cara pemakaian piston Tiger di Yamaha Jupiter Z adalah sebagai berikut:

  1. Membubut bagian kompresi piston dan dibentuk domeBagian pinggir piston dibubut sejauh 5 - 8 mm sedalam 2 mm untuk harian, dan 1 - 1.5 mm untuk racing. Hal ini dimaksudkan agar deck clereance piston terjaga dan blok tidak perlu menggunakan paking aluminium.
  2. Membuat sudut dome pistonSudut jenong piston dibuat bebas. Semakin landai maka rasio kompresi semakin kecil. Hal ini bertujuan agar bisa mengkonsumsi premium (rasio kompresi premium 8-10 : 1).
  3. Membuat coakan klepCoakan klep perlu dibikin ulang menyesuaikan klep yang akan digunakan.

Rabu, 16 Oktober 2013

Korek Harian Yamaha Mio Standar

1. Roller aftermarket
Untuk roller dapat menggunakan bobot 9 - 11 gram agar tarikan lebih terasa. Saran menggunakan 10 gram saja agar tidak terlalu mengorbankan top speed.
roller merk Kawahara 10 gram
2. Per CVT
Per CVT menggunakan tingkat kekerasan 1500 rpm saja. Biasanya kelir warna putih.
per CVT merk CLD dengan berbagai macam tingkat rpm
3. CDI Yamaha Fino
CDI nya memiliki soket sama dan tinggal pasang. Kalau ada dana sebaiknya menggunakan CDI BRT saja agar performa dan keiritan bahan bakar dapat terjaga.
cdi Fino kode part 5VV
4. Noken as Kawahara
Untuk noken as kawahara dapat menggunakan K1 sebagai resep harian. Bawaannya semakin kuat ke akselerasi perkotaan.
noken as merk Kawahara
5. Setting Karburator
Karburator perlu disetting ulang. Kira-kira PJ 40 dan MJ 105-120 tergantung kondisi setempat.
setting spuyer agar hasil maksimal
6. Knalpot bobokan
Kalau mau modif knalpot ya dibawa ke tukang bubut atau dibobok halus. Suara tetap adem tanpa ada suara berisik. Jika tidak menghiraukan lain-lain silahkan menggunakan knalpot freeflow agar performa lebih terasa. Hanya saja suara keras dan harus rajin mengecek glasswol nya.
knalpot original dibobok halus

Perhatikan Etika Penggunaan Klakson

Perhatikan Etika Penggunaan Klakson - Klakson pada sepeda motor, sejatinya berfungsi sebagai alat komunikasi untuk memberi kode pada pengendara atau orang lain bahwa kita ada di sekitar mereka. Namun, nyatanya masih banyak pengendara yang menggunakan klakson dengan seenaknya sehingga justru mengganggu orang lain, yang bahkan berpotensi menimbulkan keributan.
letak tombol klakson
Lihat saja di sejumlah persimpangan atau di lampu lalu lintas, bunyi klakson bersahutan menimbulkan suara bising yang akhirnya hanya akan mengganggu orang lain. Nah, sebenarnya bagaimana sih etika menggunakan klakson yang benar, sehingga tidak membuat orang lain terganggu? 

Klakson secara ideal tidak digunakan untuk mengusir atau meminta jalan pada pengguna jalan lainnya. Fungsi klakson tak lain adalah memberi tahu pengguna jalan lain bahwa kita ada di dekat mereka. Penggunaan klakson dapat harus dibuat minim, murni untuk memberi kode saja. Jadi seperlunya saja dipakai, jangan dikit-dikit dipencet. Untuk cara penggunaannya, disarankan untuk menggunakan metode ‘friendly tap’ alias cukup satu atau dua kali ketukan pendek, jangan lebih dari itu apalagi menekan klakson dalam waktu yang panjang.

Terakhir, klakson yang digunakan hendaknya tetap menggunakan bawaan pabrik, tidak perlu di-modifikasi dengan klakson yang lebih besar suaranya. Asli dari pabriknya sudah cukup, kalau terlalu besar justru bisa membuat kaget dan mengganggu pengguna jalan lainnya. Jadi, sudahkah kita bijak dalam menggunakan klakson?