Tampilkan postingan dengan label rumus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rumus. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 14 Desember 2013

Karakter Noken As Racing (Kawahara, TDR, CLD, HRP)

karakter perubahan desain noken as
teori noken as
teori noken as
Karakter Noken As Racing (Kawahara, TDR, CLD, HRP) - Banyak produk camshaft/noken as yang sudah beredar luas, seperti Kawahara, TDR, CLD, HRP, dsb. Banyak juga rider yang memanfaatkan kepraktisannya, karena tinggal beli dan pasang saja. Banyak pilihan berbeda, bahkan satu merk juga menawarkan pilhan-pilihan berbeda-beda, dan menyebabkan konsumen bingung memilih yang mana. Karena itu saya mencoba memberikan keterangan-keterangan yang bisa membuat Anda mengerti tentang pilihan dalam memilih Noken As yang sesuai dengan karakter motor anda.

Contoh-contoh Noken As tersebut :
1. KAWAHARA
Ada tiga tipe:
  • tipe K1 
  • tipe K2 
  • tipe K3
Untuk K1 dan K2 biasa dipakai racing harian, lift, overlap dan LSA tidak terlalu ekstrim. Sedang untuk K3 untuk racing Ekstrim.
  • DATA KAWAHARA K1
    Klep in(durasi) : 19+180+50 = 249 derajat
    Klep ex(rurasi) : 51+180+21 = 252 derajat
    Lift in : 7.9 mm | Lift ex : 7.9 mm
    Lift overlap : 2.5 mm
    LSA : 105º
    Harga : 350 ribu
  • DATA KAWAHARA K2
    Klep in(durasi) : 11+180+57 = 248 derajat
    Klep ex(rurasi) : 41+180+31 = 252 derajat
    Lift in : 8 ,75 mm
    Lift ex : 8 ,56 mm
    LSA : 104º
    Harga : 400 ribu
  • DATA KAWAHARA RACING ONLY
    Klep in(durasi) : 28+180+ 60 = 268 derajat
    Klep ex(rurasi) : 60+180+31 = 271 derajat
    Lift in : 10 ,33 mm
    Lift ex : 8 ,89 mm
    LSA : 91º
    Harga : 600 ribu 
2. TDR
Noken As TDR racing memang pantas untuk harian dan Racing, Durasi dan LSA sangat aman dalap overlap sehingga tidak saling bentur antar klep. Bahkan untuk klep lebar sekalipun. 
  • DATA TDR
    Klep in(durasi) : 13+180+45 = 238 derajat
    Klep ex(rurasi) : 41+180+22 = 243 derajat
    Lift in : 8 ,4 mm
    Lift ex : 7 ,93 mm
    LSA : 103º
3. CLD
CLD singkatan dari ciledud atau Champion leader development. Noken as ini lebih keras atau setara dengan noken as standart pabrikan
  • DATA KEM CLD Stage 1
    Klep in(durasi) : 7+180+41 = 228 derajat
    Klep ex(rurasi) : 32+180+21 = 233 derajat
    Lift in : 7,1 mm
    Lift ex : 7,1 mm
    LSA : 101º
    Harga : 350 ribu
  • DATA KEM CLD Stage 2
4. HRP
HRP (Hendriyansyah Racing Produk) buatan pentolan pembalap nasional Hendriyansyah. Durasi kem ini mirip kem CLD, yang mempunyai karakter halus untuk di pakai harian. Enak untuk trek pendek
  • DATA KEM HRP
    Klep in(durasi) : 5+180+43 = 228 derajat
    Klep ex(rurasi) : 23+180+25 = 228 derajat
    Lift in : 7,35 mm
    Lift ex : 7,33 mm
    LSA : 99º
    Harga : 300 ribu
5. Marathon
Noken as keluaran Mitra2000 ini lumayan laku di pasaran.
  • DATA Noken As / Kem New Marathon
    Klep in(durasi) : 16+180+50 = 246 derajat
    Klep ex(rurasi) : 41+180+9 = 230 derajat
    Lift in : 7 ,78 mm
    Lift ex : 7 ,53 mm
    LSA : 107º
    Harga : 250 ribu 
6. SPS
SPS part dari Thailand yang sudah banyak produknya.
  • DATA KEM SPS Stage 3
    Klep in(durasi) : 21+180+50 = 251 derajat
    Klep ex(rurasi) : 64+180+21 = 265 derajat
    Lift in : 7,9 mm | Lift ex : 7,6 mm
    Lift overlap : 2,5 mm
    LSA : 108º
    Harga : 350-450 ribu

Senin, 02 September 2013

Diameter Luar Liner/Boring Suzuki Smash 110

mengukur diameter luar boring
Diameter Luar Liner/Boring Suzuki Smash 110 - Mumpung bongkar motor Suzuki Smash, coba - coba saya mengukur diameter boring luar Suzuki Smash. Akhirnya didapat data bahwa diameter luar boring Suzuki Smash adalah sebesar 60.6 mm. Jika diperhatikan, bore up maksimal liner standar Suzuki Smash adalah diameter 57 mm alias pasang piston Thunder 125. Sisa liner masih saya anggap di batas akhir toleransi ketebalan liner, yaitu 2 mm.
hasil pengukuran jangka sorong
Coba dihitung dengan cermat, hasil sisa liner Suzuki Smash dengan bore up piston Thunder 125 ini menghasilkan sisa liner 1.8 mm. Toleransi ekstra mendekati rawat overheat pada mesin. Cara menghitung nya dengan mengurangi diameter luar boring dengan diameter piston nya dan hasilnya dibagi dua.
Jadi jangan takut memakai piston Thunder 125 untuk bore up Suzuki Smash. Yang perlu diperhatikan adalah deck clearence, rasio kompresi, coakan klep, dan perawatan motor sehabis bore up. Lumayan Smash tambah ngibrit dibekali mesin 125 cc.

Senin, 01 Juli 2013

Cara Mencari Top Speed Melalui Rumus

Cara Mencari Top Speed Melalui Rumus - Biasanya kalau mulai masalah hitung-hitungan paling males nih bacanya. Tenang, pelajaran hitungan kali ini sangat berkaitan erat dengan hobi yang kita jalani pada dunia otomotif saat ini karena bisa secara langsung kita aplikasi kan. 
rumus rasio
Seperti kita ketahui transfer energi pengerak pada sebuah mesin/kendaraan di mulai dari pergerakan sebuah  Piston → Setang piston → Big end → Kruk as → Gigi primer → Gigi sekunder → Kopling → Main axle → Pinion gear → Wheel gear → Drive Axle → Gear depan → Rantai → Gear belakang → Roda belakang. Simak contoh gambar di bwah.
bagian yang terkena rasio gir

Untuk itu rumus reduksi dan kecepatan di gunakan untuk mencari perhitungan top speed secara matematis.
Rumus mencari perbandingan Reduksi total tiap gigi : 
1. Rumus reduksi ( i )
2. Rumus menghitung kecepatan 
Setelah kita mendapatkan rumusan nya lalu kemudian kita coba aplikasi kan pada sebuah motor umum atau standar saja sebagai contoh awal yang datanya telah di dapatkan secara lengkap agar kita bisa mengkoreksi secara bersama-sama jika terdapat data yang salah.

Contoh top speed tiap gigi/gear pada Yamaha Vixion.
Diketahui Spesifikasi roda gigi Yamaha Vixion:
  • Gigi Primer = 73/24 = 3.0146
  • Gigi Skunder = 42/14 = 3
  • 1st = 34/12 = 2.833
  • 2nd = 30/16 = 1.875
  • 3rd = 30/21 = 1.428
  • 4th = 24/21 = 1.142
  • 5th = 22/23 = 0.956
  • Diameter efektif roda = 60 cm = 0.6 m
  • Max rpm mesin = 10.000 rpm
Ditanyakan:
Berapa kecepatan motor pada masing-masing giginya?

Jawab : 
Yang di cari terlebih dahulu adalah ( i ) = ratio reduksi total tiap gigi. Setelah di temukan kemudian di lanjutkan mencari kecepatannya. Begitu dan seterusnya langkah-langkash selanjutnya pada masing-masing perhitungan gigi-giginya.

Gigi 1 :

Maka kecepatan maksimal gigi 1 adalah = 43,72 km/jam

Gigi 2 :
Kecepatan maksimal gigi 2 adalah = 66,07 km/jam

Gigi 3 :
Kecepatan maksimal gigi 3 adalah = 86,72 km/jam

Gigi 4 :
Kecepatan maksimal di gigi 4 adalah = 108,4 km/jam

Gigi 5 :
Kecepatan maksimal di gigi 5 adalah = 129,51 km/jam

Hasil di atas merupakan hitungan semata. Hasil ini dapat dikomparasikan dengan hasil aktual di speedometer atau pun GPS. Biasanya hasil nya sedikit berbeda jika dibandingkan. Hal pembeda tersebut bisa diakibatkan gaya gesekan udara, gaya gesekan ban, angin, beban, reduksi gearbox speedo, aerodinamis, dsb.

Tentu hasilnya akan berbeda jika motor Anda sudah di modifikasi dan korek. Apalagi sudah terjadi perubahan reduksi gigi dan limit RPM.

Selasa, 30 April 2013

Toleransi RPM Aman Tiap Motor Berbeda

Toleransi RPM Aman Tiap Motor Berbeda - Untuk menghitung Kecepatan Piston Kendaraan di dapat dengan Menggunakan Rumus:

Piston Speed = ( 2 x Stroke#dalam satuan meter# x Rpm)/60

dengan:
  • Angka “2″ merupakan perwakilan dari gerak piston yang turun-naik saat mesin berputar 1 putaran penuh.
  • Stroke / langkah piston harus di kompersikan ke satuan meter dari milimeter
  • RPM merupakan putaran mesin tertinggi yang di inginkan.
  • Dan /60 merupakan pengalihan dari putaran RPM (Rotari per Menit) menjadi DETIK (second)
Adapun Kecepatan Ideal Piston (PS) adalah 21 meter/Detik (21 m/s).

Berikut beberapa batas RPM aman motor. 
  1. Yamaha Jupiter memiliki batas RPM 11.500 
  2. Yamaha V80 memiliki batas RPM 13.500 
  3. Yamaha New Jupiter Z memiliki batas RPM 10.800 
  4. Yamaha Jupiter MX memiliki batas RPM 10.700 
  5. Yamaha Vega ZR memiliki batas RPM 10.800 
  6. Yamaha Mio memiliki batas RPM 10.800 
  7. Yamaha Vega R memiliki batas RPM 11.500 
  8. Yamaha Scorpio Z memiliki batas RPM 10.800 
  9. Honda BeAT memiliki batas RPM 11.400 
  10. Honda Blade memiliki batas RPM 11.300 
  11. Honda Vario memiliki batas RPM 11.400 
  12. Honda SupraX 125R memiliki batas RPM 10.800 
  13. Honda Mega Pro memiliki batas RPM 12.700 
  14. Honda Tiger memiliki batas RPM 10.100 
  15. Honda CBR 150 memiliki batas RPM 13.300 
  16. Suzuki Smash memiliki batas RPM 12.900 
  17. Suzuki Satria F memiliki batas RPM 12.900 
  18. Suzuki Thunder memiliki batas RPM 12.900 
  19. Kawasaki Athlete memiliki batas RPM 12.400 
  20. Kawasaki KLX 250 memiliki batas RPM 10.200 
  21. Kawasaki ZX130 memiliki batas RPM 10.600 
  22. Kawasaki Ninja R memiliki batas RPM 11.500 
  23. Kawasaki Ninja 250 memiliki batas RPM 15.200

Sabtu, 09 Maret 2013

Cara Menghitung Gas Speed

Gas Speed = ( stroke x rpm / 30,000 ) x ( piston / porting ) ^ 2

Cara Menghitung Gas Speed - Rumus di atas merupakan cara menghitung kecepatan bahan bakar yang masuk. Stroke merupakan langkah naik turun piston dari TMA ke TMB atau sebaliknya. Piston adalah diameter seher yang digunakan. Porting ialah diameter inlet yang digunakan.

Gas speed berguna sebagai acuan kecepatan bahan bakar yang masuk ke ruang bakar, sehingga kerja mesin dapat lebih optimal. Semakin besar gas speed, maka efisiensi volumetrik semakin tercapai. Akan tetapi mesin lebih cenderung cepat panas karena RPM mesin akan semakin meninggi.

Sabtu, 01 Desember 2012

Cara Hitung Rasio Kompresi Lewat Metode Buret

Cara Hitung Rasio Kompresi Lewat Metode Buret - Rasio kompresi enggak kalah penting ketimbang mengorek pacuan balap. Tapi, belum semua mekanik bisa menghitung atau tahu cara mencari rasio kompresi. Nah, buat mekanik atau tunner yang belum paham cara menghitung rasio kompresi ini, yuk kita belajar bareng aja. Caranya pun enggak sulit-sulit kok.
buret dan cairannya
dimasukkan di lubang busi
Ada dua cara yang bisa dilakukan. Keduanya pun menggunakan metode buret. Iya, pakai tabung kaca yang memiliki garis ukur dan sumbat keran di bagian bawahnya buat meneteskan cairan. Cairan yang dipakai, bisa campuran dari bensin dan oli agar tak cepat menguap.

KETIKA TMA
Langkah pertama, dilakukan ketika piston berada dalam posisi TMA (Titik Mati Atas). Pertama, buka dulu kepala silinder di pacuan. Setelah memastikan piston berada di posisi puncak, lapisi bagian celah piston dengan linner pakai gemuk atau grease. Tujuannya, agar cairan buret ini tidak tembus atau mengalir ke crankcase. Sehingga, cairan tetap berada di ruang bakar. Tak tertinggal, lapisi juga bagian klep pakai grease. Jika sudah, pasang kembali kepala silinder seperti halnya mesin siap pakai. Kini alirkan atau teteskan cairan yang ada di dalam buret melalui derat lubang busi di kepala silinder.
proses pengukuran volume
Kini, hitung berapa cc volume cairan yang terpakai buat mengisi ruang bakar itu. Setelah itu, cairan itu juga dikurangi volume di derat busi. Volume derat busi, tergantung dari tipe busi. Busi derat pendek, biasanya memiliki volume sekitar 0,6 cc. Tapi kalau busi derat panjang, 0,8 cc.

Jika sudah, hasil yang didapat juga ditambahkan kapasitas mesin. Kalau bore up, tentu harus hitung ulang volume silinder sekarang. Setelah itu, hasil tersebut dibagi lagi dengan volume cairan lagi dan barulah didapat hasilnya. Biar mudah, kita bikin rumus aja ya.

A – B + C = D
       B

A: volume cairan terpakai
B : volume derat busi
C : volume silinder
D : rasio kompresi

Misal, diketahui A = 15 cc. B = 0,6 cc.

C = 150 cc. Dengan rumus di atas.

15 – 0,6 + 150 = 11,41
          0,6

Jadi, rasio kompresi 11,4 : 1

KETIKA TMB
Selain melalui posisi piston di TMA (Titik Mati Atas), pengukuran juga bisa dilakukan ketika piston berada di posisi TMB (Titik Mati Bawah). Menariknya, ternyata hasil yang didapat bisa sedikit berbeda. Terutama dari sisi rasio kompresi yang dihasilkan. Biasanya, pengukuran di TMB akan sedikit lebih rendah hasilnya ketimbang di TMA. Menurut Kampret, hal ini bisa terjadi karena perbedaan posisi piston.
piston berada di TMB
Perbedaan terjadi karena biasanya posisi piston dan setang agak sedikit miring. Tapi, kalau di bawah, murni mendem. Perbedaannya mungkin hanya sekitar 0,1 atau 0,2. Misalnya di TMA 14,3 : 1, maka di TMB 14,2 : 1.

Pengukuran Kapasitas Silinder

1. Mesin Bensin/Siklus “Otto”.
Kapasitas tiap silinder dihitung volume / isi silinder nya dengan rumus :

V = π/4 x D^2 x S
dengan,
D = Garis tengah silinder / bore
S = Stoke / Langkah

atau lebih jelasnya dapat dilihat disini.
mesin piston
2. Mesin Rotary atau Wankel.
Kapasitas mesin dihitung dengan rumus :

Kapasitas =2xV/N
V = Jumlah kapasitas/volume ruang-ruang yang melingkupi mesin
N = Jumlah putaran motor untuk menyelesaikan 1 siklus dalam 1 ruang.
mesin rotary
Kapasitas mesin juga dapat dihitung dengan rumus :

Kapasitas = 2 x V x D

V = Kapasitas / isi satu ruang pembakaran
D = Jumlah rotor

Durasi Knalpot 2 Tak


Durasi Knalpot 2 Tak - Durasi knalpot, atau nama lain nya adalah Exhaust duration, merupakan salah satu peran penting di dalam modifikasi mesin 2 tak maupun 4 tak. Untuk kali ini akan dibahas durasi knalpot di mesin 2 tak. Fungsi penghitungan durasi sebenarnya adalah untuk mengetahui karakter dari motor kita. Berikut gambaran mengenai durasi knalpot 2 tak

RUMUS DURASI EXHAUST
rumus durasi dari Graham Bell
L = Panjang stang piston (mm)
R = Langkah piston dibagi 2 (mm)
T = Jarak porting exhaust dari bibir blok (mm)
D = Durasi knalpot

Perkiraan power keluar dimulai dari rpm berapa dapat dikira-kira sebagai berikut.
DURASI = RPM peak power
160º - 170º = 6.000 - 7.000 rpm
170° - 180° = 7.000 - 8.000 rpm
180° - 190° = 8.000 - 9.000 rpm
200° - 210 = 10.000 - 11.000 rpm

EXHAUST PIPE
L = ED X42545
            RPM

L = PANJANG IDEAL KNALPOT ( dari PISTON sampai pertengahan CONE BAFLE ).
ED = Exhaust Durasi
RPM = Putaran mesin pada Exhaust Durasi

HEADER

Ø Port dalam exhaust : 100cc → 140cc 34mm → 40mm 
140cc → 175cc 40mm → 46mm

Panjang header : 7.8 → 8.8 x Ø Port exhaust
Sudut header : 1° → 2° max ( road race ) . 2° → 3° max ( motocross )

FLANK
Jarak antara piston dan header : 60mm – 80mm

DIFFUSER
Sudut Diffuser : Stage 1 = 6.5 ° → 7.5 °
Stage 2 = 4.5 ° ; 7.5 °
Stage 3 = 4.5° ; 7.5° ; 9° → 10°

BELLY
Ø Belly 2 → 3 X Ø Port exhaust Panjang belly = L – ( Header + Diffuser + ½ Bafle )

BAFLE
Sudut Bafle 9° - 12°

STINGER
PANJANG PIPA Ø DALAM PIPA

125cc – 145cc ------ 150mm – 265mm 19mm – 23mm
145cc – 175cc ------ 150mm – 320mm 22mm – 27mm